Jejak Perjuangan Adellia Mesya, Pulang dalam Sunyi Setelah Mengejar Mimpi di Negeri Sakura

BENGKULU SELUMA – Adellia Mesya, atau Ame sebagaimana ia dipanggil dengan penuh sayang. Ia adalah perempuan 23 tahun yang menyimpan harapan sederhana, yakni membuat orang tuanya bangga.

Si bungsu yang tumbuh dengan tekad untuk mandiri, merantau, dan bekerja demi membahagiakan mereka yang membesarkannya. Semangat itu tak pernah redup, bahkan ketika jarak ribuan kilometer memisahkannya dari tanah kelahiran.

Namun takdir kerap memilih jalannya sendiri. Beberapa bulan lalu, kabar mengejutkan datang dari Jepang, tempat Ame mencoba peruntungan. Ia divonis mengidap meningitis tuberkulosis, penyakit yang secara perlahan merenggut ketegaran tubuhnya.

Setelah berbulan-bulan dirawat, perjalanan panjang itu tiba pada akhirnya. Pada hari Jumat, pukul 14.30 waktu Jepang, Ame mengembuskan napas terakhir. Tuhan, mungkin, lebih lekas merindukan dirinya dibanding bumi yang masih ingin memeluknya sedikit lebih lama.

Kepergian Ame belum serta-merta membawanya pulang. Jenazahnya sempat tertahan akibat persoalan biaya dan administrasi. Namun, tangan-tangan baik bermunculan. Donasi dari berbagai pihak mengalir, hingga kemudian Pemerintah Provinsi Bengkulu turun tangan. Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan, secara pribadi membantu memastikan kepulangan Ame ke kampung halamannya di Desa Kampai, Kecamatan Talo, Kabupaten Seluma.

Dan pada suatu senja yang syahdu, kerinduan itu akhirnya menemukan jalan pulang. Sekitar pukul 16.00 WIB, jenazah Ame tiba di rumah duka, rumah yang selama hidup menjadi tempatnya berteduh dari segala lelah. Tangis pecah, bukan hanya dari keluarga, tetapi juga warga sekitar yang menyambut kepulangannya dengan duka yang tulus.

Meski raganya tak lagi bisa dipeluk, jiwa dan semangat Ame serasa masih berkelindan di udara; menjadi tanda bahwa masih ada anak muda yang berani meninggalkan zona nyaman, menantang dunia demi masa depan.

Selamat jalan, Ame.
Al-Fatihah untukmu.
Banyak yang sayang padamu. (rls)