Kritik Tajam dari Pesisir: R. Dini Hasanah Desak Pelindo Tanggap Krisis Enggano

BENGKULU– Suara keras dari tepian samudera kembali menggema. Kali ini datang dari R. Dini Hasanah, Pembina Komunitas Jaga Laut, yang lantang menyuarakan keresahan masyarakat Bengkulu atas lambannya respons Pelindo dalam menangani pendangkalan alur pelabuhan.

Ditemui di kawasan pesisir Bengkulu, Dini berbicara dengan nada tegas penuh keprihatinan. “Laut itu tempat bekerja, bukan tempat mencatat curhat. Kalau Pelindo tak bisa tanggap terhadap krisis logistik yang mengancam ribuan warga Enggano, maka ini bukan lagi soal teknis, tapi soal nurani,” tegasnya.

Pulau Enggano, wilayah terluar yang sangat bergantung pada suplai dari pelabuhan Bengkulu, kini berada di ujung krisis. Kelangkaan sembako dan BBM semakin parah, sementara distribusi hasil alam seperti sawit dan batu bara nyaris lumpuh. Masyarakat menuntut tindakan nyata, bukan klarifikasi birokratis yang berlarut.

“Saya bukan politisi, saya hanya penjaga laut yang melihat kenyataan di lapangan,” ujarnya, menyoroti pentingnya respon cepat atas kondisi yang sudah masuk tahap darurat.

Kritik juga datang dari Wakil Rakyat, Teuku Zulkarnain. Namun, Pelindo dinilai lebih sibuk menanggapi kritik secara defensif, bukannya mendengar esensi tuntutan publik.

“Kalau merasa diusir, mungkin karena sudah terlalu nyaman duduk di balik meja. Padahal rakyat butuh aksi, bukan reaksi,” tambah Dini.

Ia menegaskan kembali nilai-nilai AKHLAK yang diusung BUMN, dan mengingatkan bahwa nilai tersebut harusnya hadir dalam tindakan nyata, bukan sekadar jargon.

“Samudera tak boleh dangkal. Tapi lebih berbahaya jika nurani ikut tenggelam. Sudah saatnya Pelindo hadir bukan hanya sebagai institusi, tapi sebagai bagian dari solusi,” pungkasnya.(Ynt)