Pelindo Lakukan Pengerukan Darurat di Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai Target Lancarkan Akses ke Pulau Enggano

BENGKULU– PT Pelindo Regional II Pulau Baai tengah melakukan pengerukan dan penyedotan pasir secara intensif di alur masuk Pelabuhan Pulau Baai. Kegiatan ini telah berlangsung sejak 7 April 2025 dan menunjukkan hasil signifikan, ditandai dengan banyaknya material yang berhasil dipindahkan ke area dumping. Pengerjaan ini menggunakan excavator dan kapal Nera 2 milik PT Sarana Pengerukan Utama (SPU), sebagai upaya darurat agar kapal penumpang tujuan Pulau Enggano dapat melintasi alur tersebut.
Kedalaman alur saat ini berkisar 1–1,5 meter, sedangkan untuk dilewati kapal penumpang seperti Pulau Tello dibutuhkan kedalaman minimal 3 meter LWS. Targetnya, dalam 2–3 hari ke depan, kapal ferry dapat kembali beroperasi melayani rute ke Enggano.
Sebagai langkah lanjutan, Pelindo telah meminta bantuan pusat untuk mengirimkan kapal penyedot pasir berkapasitas besar ±2.700–3.000 m³/jam. Kapal tersebut saat ini dalam tahap pengecekan kelayakan dan jika dinyatakan layak, akan diberangkatkan ke Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu dengan perkiraan tiba delapan hari ke depan guna melanjutkan pekerjaan yang kini dilakukan oleh excavator.
Karena kondisi darurat dan kebutuhan logistik mendesak masyarakat Enggano, saat ini pengiriman logistik hanya bisa dilakukan menggunakan kapal nelayan jenis Kancil dengan kapasitas maksimal sekitar 3 ton.
General Manager Pelindo menjelaskan bahwa meski sesuai PP RI No. 31 Tahun 2021 pasal 59, tugas pemeliharaan alur pelayaran merupakan tanggung jawab Otoritas Pelabuhan (KSOP), namun karena kondisi kritis, Pelindo mengambil langkah cepat berdasarkan surat dari Gubernur Bengkulu yang menyatakan alur pelabuhan dalam kondisi darurat akibat pendangkalan. Surat tersebut telah dikirim ke Menteri Perhubungan dengan tembusan ke Menteri BUMN dan Menteri Lingkungan Hidup.
Kendala utama yang dihadapi saat ini adalah sedimentasi tinggi di perairan pelabuhan serta terbatasnya alat berat pengerukan di wilayah Bengkulu. Satu-satunya perusahaan yang memiliki izin dan peralatan yang mampu menangani kondisi ini adalah PT SPU. Pembuangan material hasil kerukan telah dikoordinasikan dengan DLH Bengkulu dan Kementerian Lingkungan Hidup, dan ditempatkan di area dekat breakwater Lentera Hijau.
Apabila kapal ferry masih belum dapat beroperasi dalam waktu dekat, solusi alternatif yang disampaikan oleh Sekda Bengkulu Utara adalah menggunakan 2–3 kapal LLB berkapasitas ±30 ton untuk mendistribusikan logistik ke Pulau Enggano serta mengangkut hasil pertanian dari pulau tersebut. Demikian disampaikan, Dandim 0407 Kolonel Inf Widi Rahman.(Ynt/Rls)